Assalaamualaikum...

Semoga hari ini adalah hari terbaik yang pernah singgah di hidup kita

Thursday, October 22, 2009

Kesempatan yang Tersembunyi dalam Kesempitan

Hari Selasa, 19 October 2009 saya lewat jalan S. Parman menuju jalan Gatot Subroto. Suasana jam 11.00 Jakarta terasa sangat panas mencekam diiringi hiruk pikuk kegiatan warga metropolitan. Udara terasa membakar masuk ke pori-pori kulit dan matahari pun membakar jalanan beraspal. Perjalanan saya sampai di lampu merah perempatan Slipi-Palmerah dan lampu lalu lintas menyala merah. Kendaraan roda dua kesayangan saya berada di posisi sangat tidak strategis di belakang bus metromini yang berasap hitam. Huffh, terjebak! Suasana panas bertambah semakin tidak mengenakkan. Badan jadi seperti lilin dibakar, meleleh tanpa pamrih. Dan saudara-saudara.. Lampu merah pun berubah menyala hijau. Hah! Inilah saat yang ditunggu, segera melarikan diri dari asap metromini. Namun keadaan metromini dan kendaraan lain tidak berubah posisi meski lampu hijau sudah mempersilahkan untuk jalan. Kami para rider jalanan menunggu sambil clingak clinguk. Saya tahu apa yang di pikiran mereka sama dengan apa yang saya pikirkan, 'kok nggak maju jalan neh, arusnya macet?!' Ada sedikit jalan untuk maju dan saya ambil kesempatan itu untuk lebih bisa mencapai posisi di depan metromini. Di situ pun arus masih belum bergerak. Kami menunggu. Lima menit, tujuh menit, sepuluh menit... Entah lampu merah sudah berubah warna berapa kali, tapi kali ini lampu hijau pun tak ada artinya. Ternyata polisi menghentikan arus lalu lintas dari semua arah untuk men-sterilkan jalanan dari arah Gatot Subroto Senayan. Saya baru ingat, di gedung MPR-DPR sedang pelantikan Pres-Capres 2009-2014. Dan sterilisasi jalanan pasti akan ada orang penting aparat negara yang akan melenggang dengan mobil mewah pinjaman negara di jalan ini. Huuuh! Dasar aparat negara. Kenapa mesti lewat jalan yang disediakan (gratis *dengan pajak) untuk rakyat? Knapa tidak lewat jalan tol saja?! Tapi apalah daya, teriakan dan makian saya hanya didengar oleh klakson2 motor dan mobil yang mulai gerah kesabaran. Saya pun merasakan hal yang sama, semakin panas, semakin gerah, kepala terasa senut-senut, tapi pak polisi masih berkuasa. Setelah setengah jam jalanan disterilkan satu per satu mobil mewah para aparat negara berplat warna hitam, merah dan putih melenggang dari arah Senayan, mengambil putar balik di bawah fly over Slipi ke arah Semanggi. Mobil dan motor polisi mengiringi sambil mendendangkan kentongan elektronik (baca: sirine) yang membuat telinga ikut senut-senut. Ada banyak sekali mobil aparat negara, butuh dua puluh menit dari konvoi mobil pertama sampai mobil terakhir. Ada mobil aparat yang dengan santainya menapaki jalan seolah tidak peduli dengan perasaan rakyat kecil kepanasan di jalan raya gara-gara ulahnya. Wah, mungkin itu adalah salah satu mentri yang tidak laku di kabinet SBY-Budiono... Kasian... Jalanan mulai sepi lagi, tanda mobil para aparat sudah lewat. Tapi polisi belum memperbolehkan membuka arus jalan. Ternyata masih ada mobil aparat yang tertinggal konvoi. Makin lama suara klakson dan mesin motor terdengar seperti suara auman ribuan singa. Tampak ekspresi-ekspresi geram, marah dan jengkel para rider menahan emosi di tengah terik matahari dan udara Jakarta. Saya menjadi salah satu saksi nuansa merah membara di perempatan lampu merah itu. Dalam benak perasaan saya tiba-tiba saya merasa ter-dlolimi oleh negara. Baik sadar atau tidak, mereka para aparat negara itu secara sengaja merebut waktu dan hak rakyat untuk hidup merdeka tanpa kemarahan. Nah! Inilah kesempatan baik yang bisa didapat dari kesempitan semacam ini. Apa yang Anda lakukan jika Anda adalah saya? Kondisi di-dlolimi adalah kondisi terdekat kita dengan Tuhan. Mengapa kita tidak manfaatkan kondisi ini sebaik-baiknya? Dari pada mengumpat dan menunjukkan amarah pada siapa yang tidak jelas, saya lebih memilih menggumamkan doa dalam hati. Doa dari orang yang terdlolimi menggema sampai Arsy! Tuhan langsung mendengar tanpa perantara operator, tanpa ada mendung menghadang, tanpa ada apapun antara kita dengan Tuhan. Doa saya, saya titipkan di sana. Entah kapan diproses untuk dikabulkan, tapi saya yakin doa saya berada dalam tumpukan file 'doa urgent' yang akan dikabulkan. Bohong besar jika saya bilang di perempatan yang penuh amarah itu suasana semakin sejuk dan dingin. Tapi itulah yang saya rasakan setelah mengirim doa dari rakyat kecil teraniaya ini.. Saya tidak bohong dan tidak bisa menceritakan banyak tentang suasana sejuk yang saya rasakan karena polisi sudah memperbolehkan kami melanjutkan perjalanan. Dari sini saya belajar memanfaatkan seburuk apapun kondisi yang saya alami pasti ada hikmahnya. Sehatkan akal, sehatkan hati, maka hidup kita akan semakin nikmat untuk dijalani. Semoga saya tidak menggurui yang membaca thread ini. Saya berharap Anda juga bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari pengalaman sekecil apapun dari hidup Anda. Karena disitulah Tuhan mencoba berbicara dengan Anda, makhluk kecil kesayanganNYA... (Lativa Zoela, manajer Laskar Berani Hidup)